Sampaikanlah, Walaupun Hanya Satu Ayat....

It's a Journey, seeking future, or just satisfying this lonely curious of mine

Thursday, August 24, 2006

Rome, day 1

MERDEKA!!DIRGAHAYU INDONESIA YANG KE-61

Beginilah kejadiannya, kalau selalu menuntut diri sendiri, untuk selalu menulis sesuatu yang akurat, menarik, dan lucu..atau seengganya bisa bikin Anna ketawa. Yang ada malah ga jadi-jadi nulisnya, dan harusnya ngucapin “merdeka” tanggal 17, ini malah diundur, sampai tanggal 23.

Dan hal lain yang memperlambat turunnya tulisan ini, adalah banyaknya bahan tulisan dan bahan picaritaeun, tentang 17-an di negeri orang, Roma, Copet, dan tentang keterkejutan saya akan majunya 2 penyanyi paling cemen dunia-akhirat, ke ajang Grand Final Indonesian Idol

OK, first thing first, It’s about the Idol (hwehuehue)
…Indonesia, YOU SUKS!!! Ini adalah bentuk terang-terangan akan sebuah pelecehan intejensia!! Maybe I wont be that histerical if they neme the show after Cimahian’s Idol or Bojongnangka’s Idol, but Indonesia is a beautiful city! (sori lagi din), we can do better than that!!I mean c’mon guys?!
Gue, sebagai salah satu panitia (tepatnya kacung panitia) Idol kali ini, sekaligus penonton setia (baca : pengagum gingsul Dea dan penikmat suara Nobo),kecewa! Parah nih! Kalian yang SMS, becandanya kebangetan!
OK, sebelum gua jadi sepicis Idol itu sendiri, marilah kita lanjut ke Topik selanjutnya. Tapi sebelum itu, ada baiknya bila kita sejenak mengutuk orang2 yang secara ga puguh, meng-SMS kedua orang ini. Muonyooooooooooongggg lu semuaaaaa…

Fyuh, lega dikit…Va bene, avanti…
Kalau ada pertanyaan, tentang apa kota yang paling pengen gua datengin dan tempat dimana gua pengen menghabiskan sisa hidup gue, maka Roma-lah yang keluar sebagai urutan pertama. Dan kota favorit teteh-ku : Hera, New York, baru keluar selanjutnya di urutan kedua, disusul dengan Paris dan tentunya, Bandung.
Setelah akhirnya aku melihat Roma, aku merasa sebagai salah satu orang jenius, dengan menempatkan Roma di urutan pertama. Bahkan kota ini lebih indah daripada yang pernah aku bayangkan. Sebuah kota lengkap dalam mindset saya.

Carita dimulai ketika seorang pemuda tanggung, di pagi buta, setengah berlari, menuruni jalanan basah, via Pinturicchio, menuju Porta Pesa demi menjemput temannya yang masih ngorok, Edwin. Setelah menunggu beberapa saat, diselingi dengan makian khas sunda, pemuda tanggung tersebut, bersama sahabatnya, Edwin, kembali setengah berlari, berpacu dengan waktu dan gerimis kota Perugia, menuju fermata bis terdekat. Barulah sesampainya di sana, Edwin berkata penuh basa-basi, “Gila lu dit, ganteng banget”. Dan si pemuda tanggung itu membalas dengan ketus, supaya terbebas dari suasana yang rada gayish ini. “iya lah, mau ke Roma gitu loo!”

Ini memang kali pertama saya ke Roma, setelah sebelumnya, hanya numpang mendarat di bandara fiumicino. Kepala saya dipenuhi cerita-cerita orang tentang Kota ini, dan gambaran-gambaran yang saya dapat dari film hercules dan Xena. Saya benar-benar tidak bisa menunggu untuk segera pergi ke Roma, meninggalkan Perugia yang membosankan.
Dan sesampainya di stasiun, ternyata, keretanya-pun tidak bisa menunggu untuk meninggalkan saya dan teman-teman yang udah bela2in ngga mandi, supaya bisa nyampe tepat waktu. Jadilah kita, gerombolan mahasiswa despertate, yang harus menunggu sampai jam 10 untuk naik kereta berikutnya ke Roma.

Makan waktu sekitar 2,5 jam untuk bisa sampai di Roma, dengan kereta direct, dan saya menghabiskan 3/4 dari 2,5 jam tersebut untuk tidur di kereta. sesampainya di Roma, kesan pertama yang saya dapat adalah "rame". maklum, karena kita mahasiwa Perugia, berasal dari gunung. Maka ketika melihat begitu banyak orang, saya tidak bisa menyembunyikan excitement saya. beberapa spot foto di stasiun-pun langsung di-occupy oleh saya dan teman-teman.

Destinasi kita berikutnya adalah KBRI, yang merupakan satu-satunya tempat bernaung kita, diantara kekejaman negeri ini, dan satu-satunya tempat dimana Dodi dan Rega, dengan leluasa bisa merokok garpit. tapi yang namanya becong poto, perjalanan yang seharusnya hanya 15 menit berjalan kaki dari Stasiun Termini-KBRI, kita habiskan dengan waktu 1 jam, dengan diselingi foto-foto di setiap pancoran atau piazza yang kita lewati.
















Sesampainya di "rumah indonesia" di Roma, kami disambut hangat oleh kabag humas KBRI, dan suasana penyambutannya, tidak jauh berbeda dengan suasana penyambutan pemda manapun. Sesampainya di kamar, saya sedikit terkejut, karena kami disambut oleh gambar Ibu Presiden Megawati, lengkap dengan Hamzah Has-nya. Lalu saya berkelakar, kalau ternyata perbedaan waktu Roma-Jakarta lebih dari 3 tahun, karena di Roma, presiden-nya masih Megawati. Pak Hartanto pun tertawa (untung ketawa, bayangin kalo ternyata beneran, gila, gua terperangkap di masa lalu!!!)

Okey, selanjutnya hari-hari kita di Roma, benar-benar kita lewati dengan efektif dan tanpa ada sedikitpun waktu yang terbuang, diantaranya, dengan main kartu, gosip, badminton curhat, upacara 17an dan tentunya, jalan-jalan + foto-foto.

Roma, adalah kota terbesar di Italia, dengan jumlah penduduk +/- 4 juta jiwa. Dan untuk memetakan jalanan-jalanan kota Roma secara detail, hanya diperlukan selembar kertas sebesar pintu. Bandingkan dengan peta gunther-jakarta, udah setebel kamus besar bahasa Indonesia, tapi kita masi nyasar2 juga. Memang, kota terbesar di Italia sekalipun, ternyata tidak lebih besar dari Jakarta selatan. Tetapi dari segi efektifitas, kota ini sangat jelas sekali peranannya.

Selain sebagai pusat pemerintahan, Roma juga berfungsi sebagai salah satu pusat Pariwisata Italia. Di luar itu, semua infrastruktur yang tidak berkaitan dengan kedua hal tadi, dibangun di luar kota Roma, seperti industri, kawasan residesial (jangan heran, kalau sedikit sekali persentase tempat tinggal di Roma), dll.
kesempatan pertama yang saya dapat, untuk melihat-lihat kota Roma, tanpa harus nenteng-nenteng traveling bag, adalah pada malam hari. Dan selama beberapa menit awal, serasa berada di negeri dongeng, dimana lampu warna-warni menerangi jalanan beserta trotoar kota, denting gelas wine, diselingi tawa akrab dari dalam ristorante, suara biola musisi jalanan yang mengalun ringan diantara udara bersih kota Roma, dan wangi mozzarella yang keluar dari panggangan setia Pizzeria. Sesaat, saya merasa telah menjadi bagian dari kota ini, dan merasa sebagai salah satu Italiano, sampai saya melihat muka dodi yang kental sekali aura "jawa"-nya.

Tempat hang-out pertama saya di Roma adalah Piazza Barberini, dimana seperti biasa, kita hang-out di pinggiran air mancur. Saya tidak tau, ada apa dengan negeri ini, dan Air mancur, tetapi mengapa orang-orang Itali tampaknya mendewakan sekali, sama yang namanya air mancur?setiap ruang publik, setidaknya memiliki satu air mancur. dan di beberapa kota, main site-nya juga air mancur. Sebenarnya, Saya juga pernah ditanya, kenapa orang Itali suka air mancur, tetapi waktu itu saya menjawab sekenanya :" soalnya kalo air ketuban rada geuleuh!"
Piazza ini terletak di tengah kota, dimana dikelilingi langsung jalan raya Via del Tritone, dan Via san Bassilio. Tetapi, selama kami nongkrong disitu, tidak sekali pun kami terganggu oleh knalpot bis kota yang mondar-mandir di sekeliling Piazza itu. Udaranya baik-baik saja. Bahan bakar di sini hampir 100% bebas timbal.

Setelah merasa garing, kamipun memutuskan untuk kembali ke KBRI, sebelum di antara kita saling menyatakan cinta satu sama lain karena habis bahan pembicaraan. Rencana untuk besok pun disusun malam itu.

Melalui perdebatan panjang, dan pertumpahan darah, akhirnya kami memutuskan untuk memulai tour di roma pada pukul 7. Tiap-tiap dari kami berdoa sebelum tidur : Ya Tuhan, kami serahkan hidup mati kami padaMu, jagalah kedua orang tua kami, beserta keluarga di tanah air, dan bangunkanlah Anna dari tidurnya yang kebluk besok pagi. And you know, God is really exist! Anna, somehow, berhasil bangun pagi, dan kami pun dapat memulai perjalanan kami tepat waktu.
Rute yang kami pilih, adalah dengan meyusuri kota Roma dari atas ke bawah. untuk itu, kami merasa perlu membeli tiket harian, untuk bis maupun metro. Tujuan pertama : Piazza del Papolo. Piazza ini berupa lapangan luas, dan di sisi kanan kirinya secara bersebrangan, dihias 2 ukiran patung Zeus bersama dewa-dewa lainnya. sementara, di tengah piazza tersebut, sebuah monumen yang tengah renovasi, menjulang tinggi.



Dan di piazza ini juga, kami menyadari - ini mungkin sedikit keluar konteks dari jurnal saya - bahwa orang itali, adalah bangsa paling romantis di dunia. selain mereka suka berpuisi, dan seringkali menggunakan bahasa kiasan dalam keseharian, mereka juga mengekspresikan keromantisannya dalam grafiti (ngomong-ngomong grafiti, gua jadi kangen sama kiki, pacarku tersayang, yang selalu meng-edifikasi grafitti, dengan selalu menyebutnya mural).
ketika di Jakarta, kota penuh dengan tulisan "Boedoet", "kaval", "texas", sampai yang paling maksa "XT1(baca : eighty one)", dan di Bandung dengan tulisan "XTC", "BRIGEZ", "M2R", dan sesekali "TAI", maka di itali, orang menyalurkan Vandalisme-nya secara lebih romantis, yaitu, cukup dengan menuliskan "Ti amo...". Sebelum buka kamus, saya sempat menyangka, kalau itu adalah nama gank yang paling berkuasa di Italia, tetapi setelah tau, ko rasanya corny banget ya, kalau ada gank namanya "I love U", atau terjemahan harfiahnya mungkin "You Loved by me"? Sayang, grafiti-grafiti tersebut luput dari naluri fotografi saya, tapi non c'è problema, Ill take the picture anyway. those kind of grafitti are all over Italia

Selanjutnya, sesuai rencana, kami melanjutkan perjalanan menuju Musoleo di Augusto.

to be continued....

2 Comments:

Blogger si-lita-anaknya-pak-purba said...

Adit....
Gile ye, sampe XT1 ikut ke Perugia

4:57 AM  
Blogger Adhitya Ps said...

huhuhuu...
ternyata ada juga yang baca..hehe, ntar gua mo bikin ah disini, biar orang se-lobang buaya bangga, hoho

10:41 AM  

Post a Comment

<< Home