Sampaikanlah, Walaupun Hanya Satu Ayat....

It's a Journey, seeking future, or just satisfying this lonely curious of mine

Saturday, September 16, 2006

Rome day 2

Ok, i since that Im a bit bored of writing, and the main idea is that, maybe Im making u bored... (huehuehue...emang lagi mati gaya aja, ga ada ide mo nulis apa)
so I guess, enough about article. Il post only my photos

via del corso,
tempat orang-orang menghabiskan Euro mereka di kios-kios Gucci, Ferragamo, Prada, LV, Heremes, Rolex, dan kesukaan Iwa, Alessi















(back) Edwin dalam salah satu adegannya merecoki foto orang..betul-betul annoying









Tuesday, September 05, 2006

Rome day 1, Part 2

Melalui debat kusir antara Doddi dan Edwin, beserta gestur Itali yang sepertinya salah, akhirnya kami sampai juga di Museleo di Augusto, berkat bantuan 2 orang carabinieri dan 3 orang nenek. Ternyata hanya dibutuhkan 5 menit jalan kaki, dari Piazza del Papolo ke Musoleo di Augusto. kami melewati sebuah sekolah seni, yang sepertinya terbengkalai (lalu saya mengingat kampus saya di ITB, sepertinya memang begitulah kodrat sebuah sekolah seni : terbengkalai dan bau pesing), dan taman bunga, yang segar ditempa matahari estate kota Roma.


(OH MY GOD!!JAMBUL GUA NGGA BANGET!!pacarku, semoga kamu ngga baca Blog ini!! gila, potong rambut di sini paling murah 18€!!)

...
OK, lanjut... Kunjungan kita ke musium yang satu ini sepertinya kurang memuaskan. Karena, demi mewujudkan impian kita, memecahkan rekor dunia, "mengelilingi kota Roma dalam 1 hari", walhasil, kita berangkat kepagian, dan musium mana yang buka jam 8 pagi?!
setelah foto-foto di depan Musium, kami membuka peta dan mengecek tujuan selanjutnya, Castel San Angelo.


Kali ini, kami memutuskan untuk sedikit memaksimalkan tiket bus harian kami. Bukan karena tempatnya terlalu jauh, atau tidak terjangkau dengan jalan kaki, tapi semata karena ogah rugi. Karena ngga ada 3 menit, kita udah sampai lagi di pemberhentian bis terdekat dari Castel San Angelo, dan ujung-ujungnya, kita tetep harus jalan lagi menuju tujuan.



Kunjungan kali ini, sedikit spesial, karena untuk menuju Castel San Angelo, kami melintasi sebuah jembatan cantik (yang menghubungkan kota Roma dengan Vatikan), lalu kami terperangah oleh sebuah bangunan benteng megah berbentuk melingkar, dan di tempat ini pulalah, kelak, saya kecopetan untuk pertama kalinya di Itali.

Jadi, kalau menurut Mappa ufficiale della città di Roma (peta Roma untuk turis), kota Roma terbagi menjadi 2, dibelah oleh sungai Tavere. Di bagian yang lebih besar, terdapat pusat pemerintahan kota Roma, dan Colosseo yang tersohor itu, sementara di bagian lain, terdapat Vatican city, dan tempat yang kita kunjungi sekarang.

Saya lagi-lagi teringat akan buku, yang saya baca dengan sedikit paksaan dari Kiki (karena saya nggak bisa-bisa baca buku tebel, dan karena buku ini, memiliki latar kota Roma yang kelak saya kunjungi, -Miss you a lot my dear- ).

Di buku itu dikisahkan secara fiksi, kalau di tempat inilah, Paus, secara rahasia, menemui "kekasihnya", lewat jalan rahasia yang menghubungkan tempat ini ke istana ke-Pausan di San Pietro.
Kita membatalkan rencana untuk mengunjungi Castel San Angelo lebih dekat, ketika tahu bahwa kartu pelajar kami tidak berfungsi sebagaimana mestinya di sini. Kami tetap harus membayar sejumlah 8€ untuk masuk. "Ogah banget, bisa dapet baju 8 biji di hotice!", mungkin itu yang diumpatkan dalam hati doddi, ketika ia memutuskan untuk meninggalkan situs tersebut sembari mengajak kita-kita.
Untuk sedikit mengobati kekecewaan, kami mengambil beberapa foto dari luar gedung, dan jembatan Ponte S. Angelo yang indah. Dan di jembatan inilah kejadian itu berlangsung...

Kccopetan #1
Ponte S. Angelo adalah salah satu jembatan yang juga menghubungkan kota Roma-Vatikan. Jembatan ini lebih spesial dibanding jembatan lain, karena dihiasi oleh patung Santo-santo di kedua sisi jembatan. Dan sebagai pemanis, wanita-wanita setengah baya, menjual gambar cat air landmark-landmark karya mereka, di sepanjang jembatan ini.
Setelah puas melihat-lihat gambar (sambil sekalian mencolong ide dan mencontek skill mereka), saya merasa tidak afdol bila menjutkan perjalanan tanpa lebih dulu foto di situs ini. Tempat beserta pose terbaik pun dipersiapkan, dengan Anna sebagai fotografer, Doddi pengamat gaya, dan Edwin sebagai background pengganggu.
Bosan diganggu terus oleh Edwin, sayapun menyuruh dia menyingkir jauh-jauh dari belakang saya. Dan saya berkonsentrasi kembali pada pose.
Tapi konsentrasi saya terganggu, karena saya masih merasa Edwin masih kekeuh berada di belakang saya, untuk merecoki pose terbaik saya.

Kalau bukan karena teriakan doddi saya tidak akan sadar, kalau yang di belakang saya bukanlah Edwin, tetapi seorang anak Gipsy yang sedang mencopet saya. Kejadiannya sangat cepat dan rundown kejadian yang bisa saya tangkap dan laporkan hanyalah :


  1. Adit di foto
  2. Anna bilang "bentar dit, masi ada orang di belakang lo"
  3. Doddi teriak "Hey.."
  4. Doddi teriak lagi "HEY HEY!!"
  5. Doddi lari
  6. Adit bingung
  7. Adit refleks (atau latah) ikut Doddi lari
  8. Doddi nangkep anak kecil
  9. Adit bingung lagi "ko tu anak kecil itu punya dompet yang sama persis sama dompet gua?...BANGSAT!, itu emang dompet gua!!"
  10. Doddi ngerampas dompet itu dari anak kecil
  11. Anak kecil bilang "fafangkulo"
  12. Anna bilang "LU TU YANG NGE%#*T!!"
  13. Anak kecil ngeleos pergi.



Butuh beberapa saat bagi saya, untuk sadar, kalau saya baru aja mengalami apa yang disebut praktek pencopetan Italia yang se-tersohor Colosseo mereka yang akbar. Dan memang semua orang, dari yang udah tinggal bertahun-tahun di Roma, sampai orang yang cuma tau Roma sebatas dari Asterix doang -sampai orang yang belom pernah baca Asterix sekalipun-, memperingatkan gua sebelum pergi. "Ati-ati di Italia, banyak copet". Dan di titik inilah, saya merasa harus meneruskan peringatan tersebut, untuk teman-teman yang berencana, suatu saat kelak akan pergi ke Italia, "They mean it guys, bahaya banget kalo ke Roma dengan keadaan lengah, dan terlalu sibuk menikmati keindahan Roma. Pasang radar selalu, dan mungkin effort khusus, seperti menggunakan tas rahasia yang diselipkan di dalam baju, atau menggunakan tas yang digembok dengan kunci sensor retina, bisa membantu mengamankan, dan otomatis memberi kenyamanan dan ketenangan berwisata. SERIUS GUA..!"

Kali ini saya selamat dari usaha pencopetan, dan saya ngga bosen-bosen bilang, kalo hari itu, DODDI JAGOAN GUA!!!

fyuh..masih susah bagi saya untuk bisa berwisata dengan tenang, dan belum lepas juga ketegangan saya, setelah peristiwa yang hampir melenyapkan dompet Pierre Cardin pemberian dari Kiki, dan SIM A dan C yang dengan susah payah saya dapatkan (susah payah = menyogok).
Maka ketika Edwin menyarankan untuk sedikit melanggar jadwal perjalanan, dengan mengunjungi San Pietro, yang telah terlihat kubahnya, saya langsung mengiya-kan saja. Sebenernya San Pietro, masuk ke dalam agenda perjalan saya di hari lain, bersama Vatikan dan Isola Taberina, tapi berhubung baru kecopetan, saya setuju aja, dengan harapan bisa memperoleh ketenangan di kota suci tersebut.
Setelah 5 menit berjalan kaki, kita sampai di depan piazza San Pietro, yang dari jauh pun telah terlihat kemegahannya. sebuah Piazza luas, dengan sebuah monumen (lagi-lagi) berdiri tegak di tengahnya, dan (lagi-lagi) sebuah fontana kecil menjadi pemanis di salah satu pojok piazza tersebut.
Dengan pengalaman dan latar belakan seorang yang baru aja kecopetan, saya membiasakan diri saya untuk berpose "hamil", yaitu pose dengan ransel yang dikenakan di depan, seperti orang yang sedang hamil. Pose ini otomatis "meminimalisir" gaya saya, tapi , ya sudahlah, daripada dompet ilang...

Saat itu jam telah menunjukkan pukul 10.30, dan sedikit menegangkan bagi kami, karena kami masih harus mengunjungi beberapa tempat lagi, sebelum harus kumpul jam 12 di stasiun Termini. Setelah puas berfoto di depan Piazza, kami bergegas menuju pemberhentian bus terdekat untuk mengunjungi situs berikutnya, Piazza Navona.

Menurut peta yang kami miliki, jarak antara Vatican-Piazza Navona lumayan jauh, maka dari itu, kami memutuskan untuk naik bus. Tetapi ternyata jarak antara vatican-p.zza Navona jauh banget!, karena bisnya ndablek, rutenya berputar-putar.
Ini bagian yang paling exciting bagi saya. Untuk menuliskan tempat ini, saya sampai harus membenarkan posisi duduk saya, dan menegakkan badan saya. Karena dari sekian piazza yang telah saya kunjungi di Italia, tempat ini menjadi salah satu favorit saya, bahkan menempati urutan pertama di daftar saya sampai saat ini.
Navona adalah piazza panjang, yang letaknya sedikit tersembunyi dei belakang gedung-gedung dan kebisingan kota Roma. Piazza ini memiliki 3 monumen, lapangan luas, dan tentunya, Air mancur! (yeah..)

Tentunya bukan semata air mancurnya yang bikin piazza ini spesial di mata saya. Piazza ini lengkap buat saya karena pertama, letaknya yang strategis, yaitu di belakang jalan utama Corso Vittorio Emanuele II, dan lumayan menjadi sentral dari tempat-tempat wisata lainnya. Lapangannya yang luas, memberikan kesan lega, setelah seharian berkutat dengan gedung-gedung batu padat dan tua. Dan yang bikin piazza ini ngga ada matinya, karena selalu saja ada hal yang bisa "dilihat" disini. Mulai dari orang pacaran, pantomim jalanan, musisi yang mebawakan lagu Chill, penari tanggo, sampai atraksi "boneka tangan".
Dan dari pagi sampai malam, para pelukis jalanan, setia nongkrong di piazza tersebut, sambil memamerkan karya-karya mereka yang mencengangkan, sekaligus membuat saya ingin merobek-robek ijazah senirupa ITB saya. Ada seorang bapak-bapak, yang saya daulat ,sebagai yang ter-jago di antara para pelukis lainnya disana. Dia menggambar dengan detail yang seteliti-telitinya, dan dalam tempo yang se singkat-singkatnya.
Tentunya dengan bayaran yang agak lebih mahal dibandingkan dengan yang lain, yaitu 40€. hmm..Joni dari Camerino pun membatalkan niatnya untuk mengabadikan wajahnya melalui sketsa si bapak.
OK, seperti yang saya bilang sebelumnya, waktu kita terbatas, dan setelah melihat di peta, kalau Pantheon tidak terlalu jauh dari sana, berangkatlah kita.Dengan menyebrang jalan, dan menyusuri gang kecil, tak lama kemudian tibalah kita di Pantheon. Sebuah bangunan peribadatan, yang konon dibangun oleh bangsa pagan 200 tahun sebelum masehi, sebagai tempat penyembahan dewa matahari.


Bangunannya sendiri mengingatkan saya pada kartun saint saiya, sebelum saya sadar kalo itu di Yunani, bukan Romawi.
Bagitu masuk, udara dingin dan lembab berhembus dari dalam, dan sesampainya di dalam, kita terperangah oleh pemandangan kubah raksasa, dengan sebuah lingkaran tepat di tengahnya, sebagai celah sinar matahari masuk. Ruangannya berbentuk melingkar, dengan puluhan lilin dalam tempat perunggunya menghiasi seisi duangan.
Di pook utama ruangan terdapat salib besar, di depan altar. Latarnya terdapat relief paus, yang dibungkus dengan bingkai emas.
Puas tidak puas, kita harus segera beranjak menuju Termini, sebelum Ikeu dan kawan-kawan manghabiskan semua barang di mango Termini, sambil menunggu kita yang memang datang terlambat beberapa menit.


Dan benar saja, begitu bis kita memasuki pelataran terminal, telefon dari Ikeu berdering, dan dengan nada setengah kesel, menanyakan "kalian lagi pada dimana siiiii??kita udah bosen ni nungguu..!"
waduh, nada semacam itu cuma keluar dari si manis Ikeu, dikala kaos mango murah incerannya disabet Hetty, dan ketika emang udah sewot beneran gara-gara nunggu kelamaan. Maafin ya teman-teman. :)

next destination : makan siang di Apartemen Tyas, dan tentunya, Colosseo.

to be continued...